Rabu, 06 Februari 2019

KEINDAHAN TANAH KELAHIRANKU


Ujung Pandang Tanah Kelahiran dengan Sejuta Keindahannya
  


Ujung Pandang atau yang saat ini lebih dikenal saat ini dengan nama Makassar memiliki banyak keindahaan tempat wisata yang sayang untuk dilewatkan jika berkunjung ke Makassar. Kota Daeng tanah kelahiranku.
Inilah beberapa keindahan dari tanah kelahiranku…

1. Pantai Losari


Belum mampir ke Pantai Losari, Pantai yang terletak di sebelah barat Kota Makassar ini menjadi salah satu pusat wisata warga Makassar, keindahan Pantai Losari ini bisa di nikmati pada waktu Pagi, Siang, Sore serta malam Hari.

Tidak hanya itu, Pantai Losari ini dijadikan salah satu tempat untuk acara Car Free Day Kota Makassar yang di adakan setiap Hari Minggu, kebayangkan bagaimana ramenya tempat ini. Olahraga sambil menikmati indahnya Pantai Losari di Pagi Hari. Dipantai ini pun banyak sekali wahana bermain seperti memancing, naik sepeda air atau banana boat, berlayar dengan perahu dan masih banyak lagi.

2. Trans Studio


Trans Studio Makassar menjadi sebuah ikon tempat wisata modern di kota ini. Dibuka pada tanggal 20 Mei 2009, Trans Studio berdiri di atas lahan seluas 2,7 hektar. Di dalamnya, terdapapat 21 wahana dan empat zona permainan yaitu Studio Central, Cartoon City, Lost City, dan Magic Corner.

Tempat wisata ini buka setiap hari mulai pukul 10:00 sampai 19:00, kecuali pada akhir pekan dan hari libur nasional, Trans Studio Makassar buka sampai dengan pukul 21:00. Untuk tiket masuk, Anda akan dikenakan biaya sebesar 100.000 Rupiah pada hari biasa, 175.000 Rupiah pada akhir pekan dan 200.000 Rupiah saat ada event tertentu di sini.

3. Fort Rotterdam



Fort Rotterdam atau Benteng Ujung Pandang (Jum Pandang) adalah sebuah benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Berlokasi di Makassar, Sulawesi Selatan.

Benteng ini dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9 yang bernama I manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa’risi’ kallonna. Awalnya benteng ini berbahan dasar tanah liat, namun pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-14 Sultan Alauddin konstruksi benteng ini diganti menjadi batu padas yang bersumber dari Pegunungan Karst yang ada di daerah Maros. Benteng Ujung Pandang ini berbentuk seperti seekor penyu yang hendak merangkak turun ke lautan. Dari segi bentuknya sangat jelas filosofi Kerajaan Gowa, bahwa penyu dapat hidup di darat maupun di laut. Begitu pun dengan Kerajaan Gowa yang berjaya di daratan maupun di lautan.

Nama asli benteng ini adalah Benteng Ujung Pandang, biasa juga orang Gowa-Makassar menyebut benteng ini dengan sebutan Benteng Panyyua yang merupakan markas pasukan katak Kerajaan Gowa. Kerajaan Gowa-Tallo akhirnya menandatangani perjanjian Bungayya yang salah satu pasalnya mewajibkan Kerajaan Gowa untuk menyerahkan benteng ini kepada Belanda.  Pada saat Belanda menempati benteng ini, nama Benteng Ujung Pandang diubah menjadi Fort Rotterdam. Cornelis Speelman sengaja memilih nama Fort Rotterdam untuk mengenang daerah kelahirannya di Belanda. Benteng ini kemudian digunakan oleh Belanda sebagai pusat penampungan rempah-rempah di Indonesia bagian timur.

Di kompleks Benteng Ujung Pandang kini terdapat Museum La Galigo yang di dalamnya terdapat banyak referensi mengenai sejarah kebesaran Makassar (Gowa-Tallo) dan daerah-daerah lainnya yang ada di Sulawesi Selatan. Sebagian besar gedung benteng ini masih utuh dan menjadi salah satu objek wisata di Kota Makassar.

Tidak ada komentar: